KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Tes Pengukuran Kondisi Fisik Cabang
Olahraga Taekwondo” tepat pada waktunya.
Penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Wijono, M.Kes., selaku Dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Laboratorium DIKJASOR yang telah banyak membantu memberi masukan dan motivasi
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2.
Rekan-rekan
mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu yang telah banyak memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 10 Oktober 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR
TABEL ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan
........................................................................................... 2
1.4. Manfaat
......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tes dan
Pengukuran .................................................... 4
2.2. Pengertian Tes Kondisi
Fisik ........................................................ 5
2.3. Kriteria Pemilihan Tes ................................................................... 6
2.4. Bentuk Tes Kondisi Fisik
dalam Cabang Olahraga Taekwondo 9
2.5.. Manfaat Tes Pengukuran .............................................................. 20
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ....................................................................................... 22
3.2. Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................. 24
DAFTAR
TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Norma
Persentasi Lemak Tubuh Calon Atlet ......................................... 10
2.2 Norma
Keseimbangan Statis
................................................................... 11
2.3 Norma
Tes Lari 20 meter Atlet Junior
.................................................... 12
2.4 Norma Tes Lari 20 meter
Atlet Senior .................................................... 12
2.5 Norma
Tes Shuttle Run ........................................................................... 13
2.6 Norma
Sit and Reach untuk Usia 15-17 Tahun ...................................... 14
2.7 Norma
Sit and Reach .............................................................................. 14
2.8 Norma
Trunk Extension untuk Usia 15-17
Tahun .................................. 15
2.9 Norma Trunk Extension .......................................................................... 15
2.10 Norma Tes Vertical Jump ....................................................................... 16
2.11 Norma Tes Sit Up (Putra) ........................................................................ 17
2.12 Norma Tes Sit Up (Putri) ........................................................................ 17
2.13 Norma Tes Push up (Putra) ..................................................................... 18
2.14 Norma
Tes Push up (Putri) ..................................................................... 18
2.15 Norma
Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test) ............................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tes dan pengukuran olahraga merupakan kumpulan informasi dari dari sesuatu
yang diukur, hasilnya hanyalah data-data atau angka-angka hasil pengukuran dan
hasil pengukuran ini dilakukan untuk evaluasi atau untuk mengembangkan prestasi
olahraga.
Salah satu cabang olahraga yang akan di ukur disini adalah cabang
olahraga taekwondo. Adapun tes yang akan diukur dalam
cabang olahraga taekwondo yaitu tes kondisi fisik. Tes kondisi fisik cabang olahraga taekwondo, merupakan suatu tes yang akan mengukur kondisi
fisik calon atlet dalam cabang olahraga taekwondo. Tes ini akan
mengungkapkan mengenai kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo. Mengetahui
dan memahami serta mampu melaksanakan tes keterampilan cabang olahraga amatlah
penting bagi para calon guru atau pelatih olahraga.
Tes kondisi fisik ini akan mencerminkan
kemampuan masing-masing calon
atlet
mengenai kondisi fisik mereka dalam cabang olahraga tersebut. Dengan
menggunakan tes kondisi fisik, kita dapat
mengetahui tingkat kemampuan atlet dalam cabang olahraga
tersebut. Sehingga kita dapat membuat catatan tentang hasil tes
calon atlet dalam cabang olahraga taekwondo. Selain itu tes ini
dapat dijadikan dasar dalam mendiagnosa kelemahan atlet pada cabang
olahraga taekwondo, sehingga akan dapat membantu dalam proses pembinaan selanjutnya.
Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat
mengambil beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan
yang telah dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa
perkembangan kondisi fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi
atlet, kita juga bisa menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam
pemebelajaran atau pelatihan. Kita juga dapat termotivasi oleh hasil yang
diambil dalam tes dan pengukuran ini, atau bahkan kita dapat menggunakan data
ini untuk bahan sebuah penelitian.
1.2. Rumusan
Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan berbagai
permasalahan yang timbul, sebagai berikut :
- Apa pengertian tes dan pengukuran ?
- Apa pengertian tes kondisi fisik ?
- Bagaimana kriteria pemilihan tes ?
- Bagaimana bentuk tes kondisi fisik dalam cabang olaharga taekwondo ?
- Apa manfaat melakukan tes pengukuran ?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
- Pengertian tes dan pengukuran.
- Pengertian tes kondisi fisik.
- Kriteria pemilihan tes.
- Bentuk tes kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo.
- Manfaat melakukan tes
pengukuran.
1.4. Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1.
Manfaat
Teoritis
Untuk pengembangan pengetahuan
dalam dunia pelatih, sehingga seorang pelatih nantinya mampu mengetahui tes kondisi
fisik
pada cabang olahraga khususnya dalam cabang olahraga taekwondo.
2.
Manfaat
Praktis
Dalam penulisan ini diharapkan
secara praktis dapat memberikan beberapa manfaat seperti :
Sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam penyelesaian pendidikan magister (S2) pada program studi
Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, sehingga
dalam implementasinya dimasyarakat mampu menjabarkan tentang cara memberikan tes
pengukuran kondisi fisik kepada calon atlet sehingga mempermudah pelatih untuk
melatih atletnya.
b)
Bagi
masyarakat :
Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai hal-hal yang perlu di
ukur dalam tes kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Tes dan pengukuran
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam berbagai kegiatan manusia, demikian
pula halnya dalam kegiatan pengajaran dan pelatihan olahraga. Karena dengan
melaksanakan kedua hal tersebut kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
seorang atlet, sehingga akhirnya dapat membuat suatu keputusan yang tepat.
Pengajaran dan pelatihan olahraga merupakan sebuah proses yang dinamis,
pengajar/pelatih dan pembina menghadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan
pemecahan. Semakin teliti informasi yang diperoleh (melalui tes dan pengukuran)
akan semakin baik keputusan yang diambil.
2.1.Pengertian Tes dan Pengukuran
2.1.1
Tes
Menurut beberapa para
ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai tes adalah sebagai berikut :
Menurut Johnson &
Nelson (1974), tes adalah suatu bentuk pertanyaan atau pengukuran yang
digunakan untuk menilai pengetahuan dan kemampuan usaha fisik.
Menurut Cronbach
(1960), menyatakan tes adalah suatu proses yang sistematis untuk mengobservasi
tingkah laku seseorang yang dideskripsikan dengan menggunakan skala berupa
angka atau sistem dengan kategori tertentu.
Menurut Brown (1970),
tes adalah suatu proses yang sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang
atau individu.
Jadi, tes merupakan
suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data
tentang seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan atribut
atau sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data
yang terhimpun meliputi ranah kognitif, afektif, dan motorik.
1) Data
yang bersifat kognitif dijaring melalui tes tulis (essay, obyektif) dan lisan.
2) Data
bersifat afektif dapat dihimpun melalui tes bentuk skala sikap, angket, dan
obeservasi secara langsung terhadap obyek yang akan diukur.
3) Data
yang bersifat motorik dapat dihimpun misalnya melalui tes kemampuan dan gerak
dasar, fungsional, dan tes keterampilan cabang olahraga.
Tes
merupakan intrumen yang berfungsi untuk mengumpulkan data berupa pengetahuan
maupun keterampilan seseorang dengan menggunakan skala tertentu.
2.1.2
Pengukuran
Menurut beberapa para
ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengukuran adalah sebagai berikut :
Menurut Mathew (1979),
pengukuran merupakan bagian dari evaluasi, yang dilakukan melalui prosedur
kuantitatif dengan menggunakan instrumen tertentu.
Menurut Verducci
(1980), pengukuran merupakan aspek kuantitatif untuk menentukan informasi
tentang sifat atau perlengkapan secara tepat.
Menurut Kirkendall
(1980), pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi.
Pengukuran merupakan proses
pengumpulan data/informasi tentang individu maupun obyek tertentu, yaitu mulai
dari mempersiapkan alat ukur yang digunakan sampai diperolehnya hasil
(misalnya; frekuensi, jarak, waktu, dan satuan ukuran suhu). Hasilnya
pengukuran bersifat kuantitatif. Jadi pengertian pengukuran adalah bagian dari
evaluasi yang menggunakan alat atau teknik tertentu untuk mengumpulkan
informasi, dengan satu ukuran tertentu yang bersifat kuantitatif.
2.2.Pengertian
Kondisi Fisik
2.2.1
Tes Kondisi Fisik
Dalam hampir semua
kegiatan manusia sehari-hari, baik dalam kegiatan fisik maupun non fisik, kondisi
fisik sesorang sangat berpengaruh. Dalam konteks yang lebih khusus yaitu dalam
kegiatan olahraga, maka kondisi seseorang sangat mempengaruhi bahkan menentukan
gerak penampilannya. Kondisi fisik itu sendiri adalah satu kesatuan utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik
maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan (Sajoto. 1990: 16).
Atlet yang memiliki
kondisi fisik yang bagus akan dapat lebih cepat menguasai teknik-teknik dalam
olahraga yang ditekuninya, karena latihan taktik, teknik, serta keterampilan
akan mampu dilakukan secara maksimal, artinya meskipun harus mengulang teknik
atau taktik berulang kali dia tidak akan cepat lelah. Oleh karena itu maka
program latihan kondisi fisik harus ditata, dirancang dan dilakukan dengan baik
agar mampu meningkatkan kondisi kebugaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang
dibutuhkan.
2.3.Kriteria
Pemilihan Tes
Pengertian kriteria
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ukuran yang menjadi penilaian atau
penetapan sesuatu. Untuk lebih mudahnya, kriteria dalam hal ini diartikan
syarat-syarat yang perlu dipenuhi dalam memilih suatu tes atau alat ukur. Para
ahli sepakat ada lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam pengetesan atau
pengukuran, yang mencakup : a) kesahihan (validitas), b) keterandalan
(reliabilitas), c) obyektivitas, d) norma, dan e) tuntunan pelaksanaan baku.
2.3.1
Kesahihan (Validitas)
Suatu syarat yang
sangat penting dalam memilih suatu tes atau alat ukur ialah, bahwa tes atau
alat ukur tersebut harus sahih (valid). Suatu tes dikatakan sahih, apabila tes
tersebut mengukur sesuai dengan tujuannya. Misalnya, bila kita ingin mengukur
kecepatan lari seseorang atlet, maka alat ukurnya kecepatan lari 50 meter.
Karena untuk lari 50 meter, faktor utama yang mempengaruhi dan berperan ialah
faktor kecepatan.
Dapat pula dikatakan, suatu
tes adalah sahih, apabila tes atau alat ukur tersebut mengukur sesuai dengan
tuntutan yang harus diukur. Tuntutan dimaksudkan hal-hal penting yang perlu
dipenuhi. Dengan demikian penerapannya sama seperti unsur-unsur penting yang
lalu. Karena suatu tuntutan semestinya merupakan kebutuhan mutlak yang perlu
dipenuhi. Misalkan tuntutan setiap orang untuk dapat hidup layak ialah
pemenuhan akan kebutuhan utama termasuk sandang, papan atau perumahan, dan
pangan atau makanan.
Cara yang dapat
ditempuh dalam mencari atau menghitung kesahihan atau kevaliditasan suatu tes,
antara lain dengan cara :
1) Melalui
penilaian para ahli di bidangnya. Misalkan kita ingin menyusun suatu rangkaian
tes taekwondo. Lebih dahulu ditentukan unsur-unsur penting yang mencakup
kemampuan fisik dalam cabang olahraga taekwondo. Kemampuan fisik tersebut
diukur, hasilnya dinyatakan dalam bentuk penjumlahan/kuantitas. Selanjutnya
sampel atau para atlet diukur kemampuan fisik pada saat mereka bertanding sesungguhnya.
Para ahli yang dipilih, yaitu para pelatih taekwondo menilai kemampuan setiap atlet.
Hasil dari setiap ahli dijumlahkan dan merupakan kemampuan bertanding bagi
setiap atlet. Hasil pengukuran kemampuan fisik dan teknik para pemain
dikorelasikan dengan hasil penilaian para ahli. Apabila hasil penghitungan
statistik berkorelasi tinggi, dapat dikatakan tes atau alat ukur tersebut
adalah sahih.
2) Hasil
pengukuran atau tes yang akan disusun dikorelasikan dengan tes yang sejenis dan
yang sudah diakui kesahihannya/kevaliditasnya. Kembali kita ingin menyusun
suatu rangkaian tes taekwondo seperti di atas. Hasil pengukuran kemampuan fisik
dan teknik-teknik telah dilakukan. Berikutnya sampel yang dites tersebut di tes
suatu rangkaian tes taekwondo yang sudah diakui kesahihannya. Dalam hal ini,
hasil tes yang akan disusun, dikorelasikan dengan hasil pengukuran tes taekwondo
yang sudah ada dan yang sahih.
2.3.2
Keterandalan (Reliabilitas)
Keterandalan atau
reliabilitas suatu alat ukur diartikan, sampai berapa jauh alat ukur tersebut
memperoleh hasil pengukuran secara ajeg atau konsisten sewaktu pengukuran
pertama dengan pengukuran kedua. Suatu alat ukur adalah andal/reliabel, apabila
alat tersebut memperoleh hasil pengukuran yang sama/ajeg antara pengukuran
pertama dan kedua. Pengertian ajeg atau konsisten ini tidak harus persis sama,
yaitu hasil pengukurannya sedikit di atas atau di bawahnya.
Salah
satu cara yang dapat ditempuh dalam menghitung atau mencari keterandalan
(reliabilitas) suatu alat ukur misalkan dengan teknik "tes dan tes
ulang" atau sering disebut "test retest". Hasil pengukuran/tes pertama
dikorelasikan dengan tes kedua atau ulangannya. Bilamana koefisien korelasinya
tinggi, dikatakan bahwa tes tersebut andal atau terandalkan.
2.3.3
Obyektivitas
Obyektivitas suatu alat
ukur diartikan, keajegan hasil suatu tes yang diperoleh dari dua atau lebih
pengetes atau tester. Pengertian keajegan dalam hal ini setara dengan kata
keseragaman. Jadi bila seorang atlet melakukan suatu lompat jauh, dan hasil
lompatannya diukur oleh dua atau lebih tester dan hasil pengukurannya ada
keseragaman antara tester satu dan lainnya, maka hasil pengukuran itu dikatakan
obyektif.
Baik
reliabilitas maupun obyektivitas prinsipnya mempunyai pengertian adanya keajegan
atau keseragaman hasil pengukuran. Perbedaannya, untuk realibilitas keseragaman
hasil diperoleh bila pengukuran dilakukan oleh atlet yang sama, pelatih yang
sama, dengan waktu pengukuran yang lain. Sedangkan obyektivitas diperoleh, bila
pengukuran hasilnya seragam, dilakukan oleh atlet-atlet yang sama, waktu
pengukuran yang sama, tetapi diukur oleh pelatih yang berlainan.
2.3.4
Norma
Norma
ialah petunjuk atau pedoman untuk membandingkan hasil suatu pengukuran. Dengan
adanya norma, maka seorang atlet yang melakukan tes, hasilnya dapat diketahui
berdasarkan norma yang berlaku. Dan atlet tersebut dapat dinyatakan apakah dia
termasuk golongan yang sangat baik, baik, atau kurang. Suatu norma dapat
digolongkan menjadi lima tingkat: misalkan dengan tingkatan sangat baik, baik,
sedang, kurang, dan sangat kurang. Untuk menyusun suatu norma harus mengikuti
ketentuan yang berlaku dan berdasarkan sampel tertentu. Misalkan norma yang
berlaku untuk atlet jenis kelamin wanita, junior, tingkat provinsi.
2.3.5
Tuntunan Pelaksanaan Baku
Dalam setiap tes atau
alat ukur harus ada tuntutan yang baku, tentang bagaimana tes itu harus
dilakukan. Tuntutan atau petunjuk tersebut berlaku bagi atlet yang dites maupun
pelatih yang mengetes. Untuk tes lari cepat 50 meter, tuntutan yang harus ada
misalkan : start berdiri, setelah ada aba-aba "siaap-ya" atlet lari
secepat-cepatnya, menempuh jarak 50 meter dan melewati garis finish. Kecepatan
lari dihitung sejak dari aba- aba "ya" sampai atlet melewati garis
finish dan dicatat sampai dengan per seratus detik.
Dari lima kriteria
utama tersebut di atas yang paling utama ialah validitas. Selain itu kriteria
tambahan atau persyaratan lain yang perlu dipertimbangkan ialah faktor
ekonomis. Baik ekonomis ditinjau dari segi biayaya. tenaga, peralatan yang
diperlukan, lama waktu pengetes dan kegunaan alat ukur.
2.4.
Bentuk
Tes Kondisi Fisik dalam Cabang Olahraga Taekwondo
2.4.1
Tes Antropometri
Pengukuran komposisi
tubuh pada calon atlet meliputi pengukuran indeks massa tubuh, dan pengukuran
lemak tubuh.
Pengukuran Indeks Massa Tubuh.
a. Tujuan : Untuk mengetahui status gizi
calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.
Mengukur tinggi badan (meteran).
2.
Mengukur berat badan (timbangan).
c. Petugas :
1.
Pengukur tinggi badan.
2.
Pengukur berat badan.
3.
Pencatat skor.
d. Pelaksanaan :
Pengukuran Tinggi
Badan: Calon atlet berdiri tegak tanpa alas menghadap lurus ke depan, posisi
kepala tegak, pandangan mata horizontal. Kepala, bahu, siku, pinggul, dan tumit
menempel pada dinding. Kemudian diukur dari bawah sampai kepala.
Pengukuran Berat Badan:
Peserta calon atlet berdiri di atas timbangan dengan memakai baju seringan
mungkin tanpa alas, untuk putra telanjang dada. Berat badan ditimbang dengan
alat timbangan yang standar.
e. Penilaian :
Skor tinggi badan
dicatat dalam satuan cm, dengan ketelitian 0.1 cm. Skor berat badan dicatat
dalam satuan kg, dengan ketelitian 0.1 kg. Penilaian Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) dapat ditentukan
dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
BMI :
Body Mass Index (BMI).
BB (kg) :
Berat Badan dengan satuan kg.
TB :
Tinggi badan dengan dengan satuan m kuadrat.
Tabel 2.1 Norma Persentasi Lemak
Tubuh Calon Atlet
Kategori
|
Skor
|
Putra
|
Putri
|
Kurang
|
1
|
< 5 %
|
< 10 %
|
Sangat Baik
|
5
|
5-10 %
|
10-15 %
|
Baik
|
4
|
11-14 %
|
16-19 %
|
Sedang
|
3
|
15-17 %
|
20-24 %
|
Lebih
|
2
|
18-19 %
|
25-29 %
|
Gemuk
|
1
|
> 20 %
|
> 30 %
|
2.4.2
Tes Keseimbangan
a. Tujuan : Mengukur tingkat keseimbangan
statis.
b. Fasilitas dan alat :
1.
Lapangan.
2.
Stopwatch.
3.
Pluit.
c. Petugas :
1.
Pengukur waktu keseimbangan.
2.
Pencatat skor.
d. Pelaksanaan :
1.
Berdiri tegak dengan satu kaki yang lain
ditempelkan di atas lutut kaki tumpu.
2.
Dihitung lamanya mempertahankan posisi
berdiri dalam waktu detik.
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan catatan waktu yang
terlama berdiri satu kaki dengan berjinjit dan mata dibuka, setiap calon atlet
diberikan kesempatan 3 kali pengulangan dan diambil waktu terbaik.
Tabel 2.2 Norma Keseimbangan Statis
Kategori
|
Putra
|
Putri
|
Sangat Baik
|
> 50
|
> 50
|
Baik
|
40-50
|
40-50
|
Sedang
|
25-39
|
25-39
|
Kurang
|
10-24
|
10-24
|
Sangat Kurang
|
<10
|
<10
|
2.4.3
Tes Lari 20 meter
a. Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan kecepatan maksimal
berlari calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.
Lintasan lari 20 meter.
2.
Stopwatch.
3.
Pluit/Bendera.
c. Petugas :
1.
Pengukur waktu tempuh.
2.
Pencatat skor.
d. Pelaksanaan :
Calon atlet berdiri di
belakang garis start, dengan sikap start melayang, saat aba-aba ‘ya’ calon
atlet berlari secepat-cepatnya sampai melewati garis finish.
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan
catatan waktu yang tercepat mulai dari aba-aba ‘ya’ sampai finish, setiap calon diberi kesempatan 3 kali pengulangan dan
diambil waktu yang terbaik.
Tabel 2.3 Norma Tes Lari 20 meter
Atlet Junior
Tes
Lari 20 meter satuan detik untuk Atlet Junior
|
||||
Putra
16-18
tahun
|
Putra
13-15
tahun
|
Kategori
|
Putri
13-15
tahun
|
Putri
16-18
tahun
|
<
3.0”
|
< 3.1”
|
Sangat Baik
|
<
3.5”
|
<
3.4”
|
3.01” - 3.14”
|
3.11” - 3.24”
|
Baik
|
3.51” - 3.95”
|
3.41” - 3.85”
|
3.15” 3.30”
|
3.25” - 3.40”
|
Cukup
|
3.96” - 4.13”
|
3.86” - 4.03”
|
>
3.31”
|
>
3.41”
|
Kurang
|
>
4.14”
|
>
4.04”
|
Tabel 2.4 Norma Tes Lari 20 meter
Atlet Senior
Tes
Lari 20 meter satuan detik untuk Atlet Senior
|
||
Putra
|
Kategori
|
Putri
|
<
2.31”
|
Sangat Baik
|
<
3.03”
|
2.32” - 2.76”
|
Baik
|
3.04” - 3.35”
|
2.77” - 3.16”
|
Cukup
|
3.36” - 3.64”
|
>
3.17”
|
Kurang
|
>
3.65”
|
2.4.4
Tes Kelincahan (Shuttle Run)
a. Tujuan : Untuk mengukur kelincahan seseorang dalam
mengubah arah dan posisi.
b. Alat dan fasillitas :
1. Stopwatch.
2. Pluit/Bendera.
3. Lintasan
lari datar panjang minimal 10 meter dengan garis jarak 5 meter dengan setiap
lintasan lebar 1,22 meter.
c. Petugas :
1. Pencatat
skor.
2. Pengukur
waktu tempuh.
d. Pelaksanaan :
1. Pada
aba-aba ‘bersedia’ setiap calon atlet berdiri di belakang garis atau garis pertama
di tengah lintasan.
2. Pada
aba-aba ‘siap’ calon atlet dengan start berdiri
dan siap lari.
3. Dengan
aba-aba ‘ya’ calon atlet segera lari menuju garis kedua dan setelah melewati
kedua garis kedua segera berbalik menuju garis start.
4. Lari
dari garis start atau garis pertama
menuju ke garis start.
5. Lari
dari garis start atau garis pertama
menuju ke garis kedua dan kembali ke garis start
di hitung 1 kali.
6. Pelaksanaan
lari dilakukan sampai ke empat kalinya bolak-balik sehingga menempuh jarak 20
meter.
7. Setelah
melewati garis finish stopwatch
dihentikan.
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan
catatan waktu tercepat mulai dari aba-aba ‘ya’ sampai finish, setiap calon atlet diberikan kesempatan 2 kali percobaan
dan diambil waktu terbaik. Kelincahan lari dihitung sampai dengan 0,1 atau 0,01
detik.
Tabel 2.5 Norma Tes Shuttle Run
Skor
|
Shuttle Run
Putra
|
Kriteria
|
Shuttle Run Putri
|
5
|
<15,5
|
Sempurna
|
<16,7
|
4
|
16 – 15,6
|
Baik sekali
|
17,4-16,8
|
3
|
16,6-16,1
|
Baik
|
18,2-17,5
|
2
|
17,1-17,6
|
Cukup
|
18,9– 18,3
|
1
|
17,7-17,2
|
Kurang
|
19,6 -19,0
|
2.4.5
Tes Kelentukan (Duduk dan Jangkau)
a.
Tujuan : Untuk mengetahui
kemampuan kelentukan batang tubuh dan sendi panggul calon atlet taekwodo.
b.
Fasilitas dan Alat : Bangku berkala cm.
c.
Petugas :
1. Pengukur
Jarak.
2. Pencatat
Skor.
d. Pelaksanaan:
Calon atlet duduk di
lantai dengan posisi kedua lutut lurus. Di depan alat sebuah bangku yang
berskala cm. Kedua tangan dengan jari tangan lurus ke depan sejajar lantai.
Kedua tangan dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini
dilakukan dua kali secara berturut-turut.
e. Penilaian :
Skor terbaik dari dua
kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh
dikonversikan pada table norma berikut.
Tabel 2.6 Norma Sit and Reach untuk Usia 15-17 Tahun
Kategori
|
Usia
untuk Putra
|
Usia
untuk Putri
|
||||
15
|
16
|
17
|
15
|
16
|
17
|
|
Sangat Baik
|
>
18.0
|
>
19.0
|
>
19.5
|
>
20
|
>
21
|
>
22
|
Baik
|
16.0 - 17.5
|
17.0 - 18.5
|
17.0 - 19.0
|
17.0 - 19.5
|
18.0 - 20.5
|
19.0 - 21.5
|
Cukup
|
13.5 - 15.5
|
14.0 - 16.5
|
14.5 - 16.5
|
14.0 - 16.5
|
16.0 - 17.5
|
17.0 - 18.5
|
Kurang
|
11.5 - 13.0
|
12.0 - 13.5
|
12.5 - 14.0
|
12.5 - 13.5
|
14.5 - 15.5
|
15.0 - 16.5
|
Sangat Kurang
|
<
11.0
|
<
11.5
|
<
12.0
|
<
12.0
|
<
13.0
|
<
14.5
|
Tabel 2.7 Norma Sit and Reach
Kategori
|
Usia
untuk Putra
|
Usia
untuk Putri
|
||||
18
- 20
|
21
- 29
|
30
- 39
|
18
- 20
|
21
- 29
|
30
- 39
|
|
Baik
|
>
26
|
>
19
|
>
18
|
>
40
|
>
22
|
>
21
|
Cukup
|
10 - 25
|
13 - 18
|
12 - 17
|
24 - 39
|
21 - 26
|
15 - 20
|
Kurang
|
<
9
|
<
12
|
<
16
|
<
23
|
<
20
|
<
14
|
2.4.6
Tes Kelentukan (Angkat Badan Atas/Trunk Extension)
a. Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan kelentukan extensior
tubuh calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1. Penggaris
berskala cm.
2. Matras.
c. Petugas :
1. Pengukur
Jarak.
2. Pencatat
Skor.
d. Pelaksanaan :
Calon atlet telungkup
kedua tangan di belakang paha dan ujung kaki lurus. Atlet mengangkat kepala dan
badannya. Kemudian ditahan sebentar untuk diukur. Atlet diukur jarak dari
lantai ke dagu dengan penggaris. Tes ini juga dilakukan dua kali secara
berturut-turut.
e. Penilaian :
Skor terbaik dari dua
kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh
dikonversikan pada tabel norma berikut.
Tabel 2.8 Norma Trunk Extension untuk Usia 15-17 Tahun
Kategori
|
Usia
untuk Putra
|
Usia
untuk Putri
|
||||
15
|
16
|
17
|
15
|
16
|
17
|
|
Sangat Baik
|
>
18.0
|
>
19.0
|
>
19.5
|
>
20
|
>
21
|
>
22
|
Baik
|
16.0 - 17.5
|
17.0 - 18.5
|
17.0 - 19.0
|
17.0 - 19.5
|
18.0 - 20.5
|
19.0 - 21.5
|
Cukup
|
13.5 - 15.5
|
14.0 - 16.5
|
14.5 - 16.5
|
14.0 - 16.5
|
16.0 - 17.5
|
17.0 - 18.5
|
Kurang
|
11.5 - 13.0
|
12.0 - 13.5
|
12.5 - 14.0
|
12.5 - 13.5
|
14.5 - 15.5
|
15.0 - 16.5
|
Sangat Kurang
|
<
11.0
|
<
11.5
|
<
12.0
|
<
12.0
|
<
13.0
|
<
14.5
|
Tabel 2.9 Norma Trunk Extension
Kategori
|
Usia
untuk Putra
|
Usia
untuk Putri
|
||||
> 18
|
>
27
|
>
36
|
> 18
|
>
27
|
>
36
|
|
Sangat Baik
|
>
46.50
|
>
44.75
|
>
42.5
|
>
44.7
|
>
43.8
|
>
41.55
|
Baik
|
44.8 - 46.4
|
43.5 - 44.7
|
39.5 - 42.4
|
43.9 - 44.6
|
42.0 - 43.7
|
40.5 - 41.4
|
Cukup
|
41.5 - 44.7
|
40.7 - 43.4
|
37.5 - 39.4
|
42.5 - 43.8
|
40.8 - 41.9
|
39.5 - 40.4
|
Kurang
|
<
41.4
|
<
40.6
|
<
37.4
|
<
42.4
|
<
40.7
|
<
39.4
|
2.4.7
Tes Power Tungkai (Loncat Tegak/Vertical Jump)
a. Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot
tungkai calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1. Dinding.
2. Meteran.
c. Petugas :
1. Pengukur
Jarak.
2. Pencatat
Skor.
d. Pelaksanaan :
Calon atlet berdiri dengan kedua kaki
selebar bahu menghadap ke samping dinding yang terdapat karton manila yang
berwarna hitam kemudian calon atlet mengukur ketinggian awal (A) dengan
menandai serbuk kapur ke karton tersebut, kemudian calon atlet melompat
setinggi-tingginya dan menandai lompatan dengan menempelkan serbuk kapur ke
dalam kertas (B)
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan catatan jarak
antara titik A dan titik B dengan satuan cm, setiap calon diberi kesempatan 3
kali pengulangan.
Tabel 2.10 Norma Tes Vertical Jump
Putra
|
Kategori
|
Putri
|
> 68.5 cm
|
Baik
|
> 58 cm
|
62.5 - 68.4 cm
|
Sedang
|
50 - 57 cm
|
< 62.4 cm
|
Kurang
|
< 49 cm
|
2.4.8
Tes Kekuatan Otot Perut (Sit Up)
a. Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot perut
calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1. Matras.
2. Stopwatch.
3. Alat
Tulis
c. Petugas :
1. Pengamat
waktu.
2. Penghitung
gerakan sekaligus pencatat skor.
d. Pelaksanaan :
Calon atlet pada sikap
telentang dan kedua lutut ditekuk dengan membentuk sudut 90˚. Calon atlet harus
menempelkan kedua tangannya di belakang telinganya dan melakukan sit up dengan cara menyentuh siku ke lutut.
Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan
banyaknya ulangan yang dilakukan oleh calon atlet dan apabila siku tidak
menyentuh lutut maka tidak dihitung pengulangannya, setiap calon atlet diberikan
kesempatan 2 kali percobaan.
Tabel 2.11 Norma Tes Sit Up (Putra)
Kategori
|
Umur
(Tahun)
|
|||||
15 – 19
|
20 – 29
|
30 – 39
|
40 – 49
|
50 – 59
|
60 – 69
|
|
Sangat Baik
|
≥ 48
|
≥ 43
|
≥ 36
|
≥ 31
|
≥ 26
|
≥ 23
|
Baik
|
42 – 47
|
37 – 42
|
31 – 35
|
26 – 30
|
22 – 25
|
17 – 22
|
Cukup
|
38 – 41
|
33 – 36
|
27 – 30
|
22 – 25
|
88 – 21
|
12 – 16
|
Kurang
|
33 – 37
|
29 – 32
|
22 – 26
|
17 – 21
|
13 – 17
|
7 – 11
|
Sangat Kurang
|
≤ 32
|
≤ 28
|
≤ 21
|
≤ 16
|
≤ 12
|
≤ 6
|
Tabel 2.12 Norma Tes Sit Up (Putri)
Kategori
|
Umur
(Tahun)
|
|||||
15 – 19
|
20 – 29
|
30 – 39
|
40 – 49
|
50 – 59
|
60 – 69
|
|
Sangat Baik
|
≥ 42
|
≥ 36
|
≥ 29
|
≥ 25
|
≥ 19
|
≥ 16
|
Baik
|
36 – 41
|
31 – 35
|
24 – 28
|
20 – 24
|
12 – 18
|
12 – 15
|
Cukup
|
31 – 35
|
25 – 30
|
20 – 23
|
15 – 19
|
5 – 11
|
4 – 11
|
Kurang
|
27 – 30
|
21 – 24
|
15 – 19
|
7 – 14
|
3 – 4
|
2 – 3
|
Sangat Kurang
|
≤ 26
|
≤ 20
|
≤ 14
|
≤ 6
|
≤ 2
|
≤ 1
|
2.4.9
Tes Kekuatan Otot Lengan (Push Up)
a. Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot lengan
calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat : Matras
c. Petugas :
1. Pengawas.
2. Pencatat
Skor.
d. Pelaksanaan :
Calon atlet pada sikap
telungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada. Kemudian pada
aba-aba ‘ya’ calon atlet melakukan push
up dengan meluruskan lengan hingga lengan lurus dan seluruh tubuh tetap
lurus. Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
e. Penilaian :
Skor diperoleh dengan
banyaknya ulangan yang dilakukan oleh calon atlet dan apabila siku tidak lurus
lagi maka tidak dihitung pengulangannya, setiap calon atlet diberikan
kesempatan 2 kali percobaan.
Tabel 2.13 Norma Tes Push up (Putra)
Kategori
|
Umur
(Tahun)
|
|||||
15 – 19
|
20 – 29
|
30 – 39
|
40 – 49
|
50 – 59
|
60 – 69
|
|
Sangat Baik
|
≥ 39
|
≥ 36
|
≥ 30
|
≥ 22
|
≥ 21
|
≥ 18
|
Baik
|
29 – 38
|
29 – 35
|
21 – 29
|
17 – 21
|
13 – 20
|
11 – 17
|
Cukup
|
23 – 28
|
22 – 28
|
15 – 20
|
13 – 16
|
10 – 12
|
8 – 10
|
Kurang
|
19 – 22
|
17 – 21
|
10 – 14
|
10 – 12
|
7 – 9
|
5 – 7
|
Sangat Kurang
|
≤ 17
|
≤ 16
|
≤ 9
|
≤ 9
|
≤ 6
|
≤ 4
|
Tabel 2.14 Norma Tes Push up (Putri)
Kategori
|
Umur
(Tahun)
|
|||||
15 – 19
|
20 – 29
|
30 – 39
|
40 – 49
|
50 – 59
|
60 – 69
|
|
Sangat Baik
|
≥ 33
|
≥ 30
|
≥ 27
|
≥ 24
|
≥ 21
|
≥ 17
|
Baik
|
25 – 32
|
21 – 29
|
20 – 26
|
15 – 23
|
11 – 20
|
12 – 16
|
Cukup
|
18 – 24
|
15 – 20
|
13 – 19
|
11 – 14
|
7 – 10
|
5 – 11
|
Kurang
|
12 – 17
|
10 – 14
|
8 – 12
|
5 – 10
|
2 – 6
|
1 – 4
|
Sangat Kurang
|
≤ 11
|
≤ 9
|
≤ 7
|
≤ 4
|
≤ 1
|
≤ 1
|
2.4.10 Tes
Lari Multi Tahap (Bleep Test)
a. Tujuan : Untuk mengukur daya tahan
kardiovaskuler VO2 maksimal.
b. Fasilitas dan Alat :
1. Irama
untuk lari bolak balik.
2. Mesin
pemutar kaset (tape recorder).
3. Lintasan
lari jarak 20 meter pada permukaan datar rata dan tidak licin.
4. Stopwatch.
5. Kerucut
pembatas.
6. Fomulir
tes dan alat tulis.
c. Pelaksanaan :
1. Lari
ke arah ujuang/akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang garis
batas pada saat terdengar bunyi “ tuut”.
2. Apabila
telah sampai sebelum bunyi “tuut” harus bertumpu pada titik putar menanti bunyi
kemudian lari ke arah yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda
berikutnya bunyi.
3. Kecepatan
lari harus semakin bertambah cepat, karena waktu akan semakin pendek.
4. Harus
mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan.
5. Gerakan
balikan yaitu berputar bukan membuat belokan karena akan memakan waktu lebih
banyak.
6. Panitia
harus memberhentikan peserta apabila peserta tertinggal tanda bunyi “tuut” dua
kali, lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
d. Penilaian :
Catat level dan shuttle run terakhir yang dapat
dilakukan atau diselesaikan oleh peserta lalu dikonversikan ke dalam tabel
untuk dapat di ketahui prediksi kemampuan aerobiknya.
Tabel 2.15 Norma Tes Lari Multi
Tahap (Bleep Test)
Pria (nilai dalam ml/kg/mnt)
Umur
|
Jelek
|
Di Bawah
Rata-Rata
|
Rata-Rata
|
Di Atas
Rata-Rata
|
Excellent
|
Superior
|
13-19
|
<35.0
|
35.0 - 39.9
|
40.5 - 45.1
|
45.2 - 50.9
|
51.0 - 55.9
|
>55.9
|
20-29
|
<33.0
|
33.0 - 39.2
|
39.9 - 43.3
|
43.9 - 48.7
|
49.3 - 52.5
|
>52.6
|
30-39
|
<31.5
|
31.5 - 38.4
|
38.5 - 41.8
|
42.4 - 47.4
|
48.0 - 51.4
|
>51.6
|
Wanita (nilai dalam ml/kg/mnt)
Umur
|
Jelek
|
Di Bawah
Rata-Rata
|
Rata-Rata
|
Di Atas
Rata-Rata
|
Excellent
|
Superior
|
13-19
|
<33.0
|
33.0 - 37.1
|
37.8 - 42.4
|
43.3 - 46.8
|
47.4 - 52.5
|
>52.6
|
20-29
|
<31.5
|
31.5 - 35.7
|
36.5 - 41.9
|
42.4 - 44.9
|
45.2 - 49.4
|
>50.2
|
30-39
|
<30.2
|
30.2 - 35.5
|
35.6 - 38.9
|
39.2 - 44.5
|
44.8 - 48.0
|
>48.0
|
2.5.
Manfaat
Tes Pengukuran
Banyak alasan, mengapa
seorang pclatih perlu melakukan pengetesan dan pengukuran. Pengukuran yang
hanya sekedar untuk memperoleh data dan atau informasi hanya akan
membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Telah diutarakan pada waktu yang lalu,
bahwa tujuannya harus jelas dan tegas. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
bagi atlet maupun pelatih ialah untuk :
2.5.1
Menentukan Tingkat Kemampuan
Pengetesan dan
pengukuran bermanfaat untuk mengetahui secara pasti kemampuan seseorang dalam
sekelompok anak atau dilihat tingkat individu atlet itu sendiri.
2.5.2
Mengelompokkan Sesuai Kemampuan
Pengelompokan sesuai
dengan kemampuan adalah penting sekali bagi pelatih maupun atlet.
Pengelompokkan kemampuan bisa terbagi atas kemampuan baik sekali, baik, sedang,
kurang, dan kurang sekali. Atas dasar pengelompokan kemampuan, pelatih dapat
memberikan jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhannya. Lebih-Iebih bila
diingat dalam kepelatihan penanganan terhadap individu atau perorangan atlet
lebih ditekankan.
2.5.3
Mendiagnose Kelemahan
Selama kepelatihan
selain memperhatikan kemampuan dan keterampilan pada diri si atlet, juga perlu
mengetahui kelemahan-kelemahannya. Dengan mengetahui kelemahan seorang atlet,
pelatih akan dapat memilih dan menentukan jenis-jenis latihan yang harus lebih
ditekankan baginya. Mengetahui kelemahan secara individual setiap atlet
bukanlah merupakan hal yang mudah bagi pelatih. Tetapi hal ini akan dapat
diatasi atas dasar kesungguhan dan pengalaman.
2.5.4
Membebaskan dari Program Latihan
Tertentu
Dari hasil pengetesan,
selain dapat mengetahui tingkat kelemahan seorang atlet dapat juga mengetahui
kelebihan-kelebihannya. Dengan tingkat kemampuan sangat tinggi atau tinggi, dapatlah
atlet tersebut dibebaskan dari latihan yang baginya sudah mencapai tingkatan
yang tinggi.
2.5.5
Motivasi Atlet
Pengetesan dan
pengukuran dapat juga merupakan rangsangan atau motivasi bagi atlet. Bila ada
rencana untuk dites, setiap atlet terdorong untuk berlatih yang lebih baik dan
sungguh-sungguh agar hasil pengetesan lebih baik dibanding dengan teman-teman
lainnya. Rangsangan atau motivasi merupakan pendorong yang sangat penting bagi
tiap atlet.
2.5.6
Meramalkan Kemampuan Atlet Mendatang
Dengan mengetahui hasil
pengetesan dalam situasi dan kondisi pada waktu itu, seorang pelatih akan dapat
memperkirakan tentang kemampuan atlet diwaktu-waktu mendatang. Kemampuan atlet
dapat diramalkan, bila pengukuran dilakukan beberapa kali, dalam berbagai
situasi dan kondisi serta dikaitkan dengan hasil pengukuran atlet-atlet
lainnya.
2.5.7
Menyusun Norma
Untuk dapat menentukan
bagaimana tingkat kemampuan seorang atlet berdasar hasil tcs yang dicapai
diperlukan adanya norma yang bcrlaku dalam jenis tes tersebut. Suatu norma
tersusun berdasarkan jenis kelamin pria atau wanita dan tingkat kemampuan
tertentu. Misalkan norma bagi atlet wanita untuk cabang olahraga atletik, nomor
100 meter, tingkat propinsi.
2.5.8
Mengevaluasi Program dan Pelaksanaan Latihan
Mengevaluasi program
dan bagaimana pelaksanaan latihan berikutnya merupakan tugas yang harus
dilakukan setiap pelatih. Hal itu harus mendasarkan hasil pengetesan dan
pengukuran. Dalam mengevaluasi hendaknya mencakup berbagai aspek yang termasuk
dalam program serta pelaksanaannya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi
yang betul.
2.5.9
Merevisi Program dan Pelaksanaan Latihan
Dari hasil pengukuran
dapatlah diketahui hal-hal mana yang sesuai dengan rumusan tujuan yang
ditetapkan dan yang mana yang belum sesuai dengan tujuannya. Di sini akan terlihat
kebaikan dan kelemahan-kelemahannya. Berpangkal penemuan kelemahan, program
latihan perlu diperbaharui dengan pelaksanaan yang lebih baik.
2.5.10 Mengumpulkan
Data Untuk Penelitian
Pengetesan sangat
berguna sebagai tahapan dalam penelitian, khususnya tahapan dalam pengumpulan
data. Tahapan pengumpulan data termasuk unsur yang sangat penting, karena
penelitian yang benar, data yang terkumpul harus pula benar.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Simpulan
Tes merupakan suatu
alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data tentang
seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan atribut atau
sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data yang
terhimpun meliputi ranah kognitif, afektif, dan motorik.
Pengukuran adalah
bagian dari evaluasi yang menggunakan alat atau teknik tertentu untuk
mengumpulkan informasi, dengan satu ukuran tertentu yang bersifat kuantitatif.
Tes keterampilan cabang
olahraga, merupakan suatu tes yang akan mengukur keterampilan para calon atlet
dalam suatu cabang olahraga. Tes ini akan mengungkapkan mengenai keterampilan
gerak dan penguasaan teknik dasar dalam cabang olahraga tertentu.
Kondisi fisik adalah
satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu
saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha
peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan (Sajoto.
1990: 16).
Pengertian kriteria
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ukuran yang menjadi penilaian atau
penetapan sesuatu. Untuk lebih mudahnya, kriteria dalam hal ini diartikan
syarat-syarat yang perlu dipenuhi dalam memilih suatu tes atau alat ukur. Para
ahli sepakat ada lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam pengetesan atau
pengukuran, yang mencakup : a) kesahihan (validitas), b) keterandalan
(reliabilitas), c) obyektivitas, d) norma, dan e) tuntunan pelaksanaan baku.
Ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh bagi atlet maupun pelatih ialah untuk: 1)
Menentukan tingkat kemampuan, 2) Mengelompokkan sesuai kemampuan, 3)
Mendiagnose kelemahan, 4) Membebaskan dari program latihan tcrtentu, 5) Memotivasi
atlet, 6) Meramalkan kemampuan atlet mendatang, 7) Menyusun norma, 8) Mengevaluasi
program dan pelaksanaan latihan, 9) Merevisi program dan pelaksanaan latihan,
dan 10) Mengumpulkan data untuk penelitian.
3.2. Saran
Untuk para pembaca baik
atlit maupun pelatih, setelah membaca makalah ini hendaknya paham mengenai
bentuk-bentuk tes pengukuran dalam cabang olahraga taekwondo, sehingga dapat diterapkan
dalam bidang olahraga khususnya cabang olaraga taekwondo, dan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas jasmani maupun prestasi dalam cabang olahraga taekwondo kususnya
bagi warga Negara Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Hoky, Pencinta. 2012. Tes dan Pengukuran Olahraga. Tersedia pada sumber http://pecintahockey.blogspot.com/2012/06/tes-dan-pengukuran-olahraga.html.
(Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 17.32 WIB).
Lubis, Johansyah dan Hendro Wardoyo. 2014. Pencak Silat. Edisi Kedua. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Nurhasan.
2000. Tes dan Pengukuran
Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Suntoda,
Andi S. 2009. Tes, Pengukuran, dan
Evaluasi dalam cCabang Olahraga. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/195806201986011-ANDI_SUNTODA_SITUMORANG/Pntrn_Softball.pdf.
(Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 17.05 WIB).
The Oakley Titanium Sunglasses for Men & Women
BalasHapusShop The Oakley Titanium Sunglasses for Men titanium price per ounce & Women Online. Oakley Titanium Sunglasses.com | titanium solvent trap monocore Product columbia titanium pants Dimensions, titanium sponge 3 x chi titanium flat iron 2 inches.
qj640 veja sneaker,nike jordans danmark,pandorabutikker,sebago uk,bottes sorel,sebago norge,underarmourjas,under armour schuhe,tenis vejaec868
BalasHapus