Selasa, 09 Desember 2014

Tes dan Pengukuran Cabang Olahraga Taekwondo


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tes Pengukuran Kondisi Fisik Cabang Olahraga Taekwondo” tepat pada waktunya.
            Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
           1.     Bapak Dr. Wijono, M.Kes., selaku Dosen pengampu mata kuliah Praktikum Laboratorium DIKJASOR yang telah banyak membantu memberi masukan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
           2.       Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberikan semangat.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 10 Oktober 2014
Penulis,

DAFTAR ISI

                                                                                                                     Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................      i
DAFTAR ISI ................................................................................................      ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................      v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................      1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................      2
1.3. Tujuan ...........................................................................................      2
1.4. Manfaat .........................................................................................      2
BAB II            PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tes dan Pengukuran ....................................................      4
2.2. Pengertian Tes Kondisi Fisik ........................................................      5
2.3. Kriteria Pemilihan Tes ...................................................................      6
2.4. Bentuk Tes Kondisi Fisik dalam Cabang Olahraga Taekwondo        9
2.5.. Manfaat Tes Pengukuran ..............................................................      20
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan .......................................................................................      22
3.2. Saran .............................................................................................      23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................      24


DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                            Halaman
2.1    Norma Persentasi Lemak Tubuh Calon Atlet .........................................      10
2.2    Norma Keseimbangan Statis ...................................................................      11
2.3    Norma Tes Lari 20 meter Atlet Junior ....................................................      12
2.4    Norma Tes Lari 20 meter Atlet Senior ....................................................      12
2.5    Norma Tes Shuttle Run ...........................................................................      13
2.6    Norma Sit and Reach untuk Usia 15-17 Tahun ......................................      14
2.7    Norma Sit and Reach ..............................................................................      14
2.8    Norma Trunk Extension untuk Usia 15-17 Tahun ..................................      15
2.9    Norma Trunk Extension ..........................................................................      15
2.10  Norma Tes Vertical Jump .......................................................................      16
2.11  Norma Tes Sit Up (Putra) ........................................................................      17
2.12  Norma Tes Sit Up (Putri) ........................................................................      17
2.13  Norma Tes Push up (Putra) .....................................................................      18
2.14  Norma Tes Push up (Putri) .....................................................................      18
2.15  Norma Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test) ...............................................      19

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tes dan pengukuran olahraga merupakan kumpulan informasi dari dari sesuatu yang diukur, hasilnya hanyalah data-data atau angka-angka hasil pengukuran dan hasil pengukuran ini dilakukan untuk evaluasi atau untuk mengembangkan prestasi olahraga.
Salah satu cabang olahraga yang akan di ukur disini adalah cabang olahraga taekwondo. Adapun tes yang akan diukur dalam cabang olahraga taekwondo yaitu tes kondisi fisik. Tes kondisi fisik cabang olahraga taekwondo, merupakan suatu tes yang akan mengukur kondisi fisik calon atlet dalam cabang olahraga taekwondo. Tes ini akan mengungkapkan mengenai kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo. Mengetahui dan memahami serta mampu melaksanakan tes keterampilan cabang olahraga amatlah penting bagi para calon guru atau pelatih olahraga.
Tes kondisi fisik ini akan mencerminkan kemampuan masing-masing calon atlet mengenai kondisi fisik mereka dalam cabang olahraga tersebut. Dengan menggunakan tes kondisi fisik, kita dapat mengetahui tingkat kemampuan atlet dalam cabang olahraga tersebut. Sehingga kita dapat membuat catatan tentang hasil tes calon atlet dalam cabang olahraga taekwondo. Selain itu tes ini dapat dijadikan dasar dalam mendiagnosa kelemahan atlet pada cabang olahraga taekwondo, sehingga akan dapat membantu dalam proses pembinaan selanjutnya.
Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan. Kita juga dapat termotivasi oleh hasil yang diambil dalam tes dan pengukuran ini, atau bahkan kita dapat menggunakan data ini untuk bahan sebuah penelitian.


1.2.      Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan berbagai permasalahan yang timbul, sebagai berikut :
  1. Apa pengertian tes dan pengukuran ?
  2. Apa pengertian tes kondisi fisik ?
  3. Bagaimana kriteria pemilihan tes ?
  4. Bagaimana bentuk tes kondisi fisik dalam cabang olaharga taekwondo ?
  5. Apa manfaat melakukan tes pengukuran ?

1.3.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
  1. Pengertian tes dan pengukuran.
  2. Pengertian tes kondisi fisik.
  3. Kriteria pemilihan tes.
  4. Bentuk tes kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo.
  5. Manfaat melakukan tes pengukuran.

1.4.      Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1.      Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan pengetahuan dalam dunia pelatih, sehingga seorang pelatih nantinya mampu mengetahui tes kondisi fisik pada cabang olahraga khususnya dalam cabang olahraga taekwondo.
2.      Manfaat Praktis
            Dalam penulisan ini diharapkan secara praktis dapat memberikan beberapa manfaat seperti :
Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam penyelesaian pendidikan magister (S2) pada program studi Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, sehingga dalam implementasinya dimasyarakat mampu menjabarkan tentang cara memberikan tes pengukuran kondisi fisik kepada calon atlet sehingga mempermudah pelatih untuk melatih atletnya.
b)      Bagi masyarakat :
Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai hal-hal yang perlu di ukur dalam tes kondisi fisik dalam cabang olahraga taekwondo.

BAB II
PEMBAHASAN

Tes dan pengukuran merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam berbagai kegiatan manusia, demikian pula halnya dalam kegiatan pengajaran dan pelatihan olahraga. Karena dengan melaksanakan kedua hal tersebut kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan seorang atlet, sehingga akhirnya dapat membuat suatu keputusan yang tepat. Pengajaran dan pelatihan olahraga merupakan sebuah proses yang dinamis, pengajar/pelatih dan pembina menghadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan pemecahan. Semakin teliti informasi yang diperoleh (melalui tes dan pengukuran) akan semakin baik keputusan yang diambil.

2.1.Pengertian Tes dan Pengukuran
2.1.1        Tes
Menurut beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai tes adalah sebagai berikut :
Menurut Johnson & Nelson (1974), tes adalah suatu bentuk pertanyaan atau pengukuran yang digunakan untuk menilai pengetahuan dan kemampuan usaha fisik.
Menurut Cronbach (1960), menyatakan tes adalah suatu proses yang sistematis untuk mengobservasi tingkah laku seseorang yang dideskripsikan dengan menggunakan skala berupa angka atau sistem dengan kategori tertentu.
Menurut Brown (1970), tes adalah suatu proses yang sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang atau individu.
Jadi, tes merupakan suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data tentang seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan atribut atau sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi ranah kognitif, afektif, dan motorik.
1)      Data yang bersifat kognitif dijaring melalui tes tulis (essay, obyektif) dan lisan.
2)      Data bersifat afektif dapat dihimpun melalui tes bentuk skala sikap, angket, dan obeservasi secara langsung terhadap obyek yang akan diukur.
3)      Data yang bersifat motorik dapat dihimpun misalnya melalui tes kemampuan dan gerak dasar, fungsional, dan tes keterampilan cabang olahraga.
Tes merupakan intrumen yang berfungsi untuk mengumpulkan data berupa pengetahuan maupun keterampilan seseorang dengan menggunakan skala tertentu.
2.1.2        Pengukuran
Menurut beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengukuran adalah sebagai berikut :
Menurut Mathew (1979), pengukuran merupakan bagian dari evaluasi, yang dilakukan melalui prosedur kuantitatif dengan menggunakan instrumen tertentu.
Menurut Verducci (1980), pengukuran merupakan aspek kuantitatif untuk menentukan informasi tentang sifat atau perlengkapan secara tepat.
Menurut Kirkendall (1980), pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi.
Pengukuran merupakan proses pengumpulan data/informasi tentang individu maupun obyek tertentu, yaitu mulai dari mempersiapkan alat ukur yang digunakan sampai diperolehnya hasil (misalnya; frekuensi, jarak, waktu, dan satuan ukuran suhu). Hasilnya pengukuran bersifat kuantitatif. Jadi pengertian pengukuran adalah bagian dari evaluasi yang menggunakan alat atau teknik tertentu untuk mengumpulkan informasi, dengan satu ukuran tertentu yang bersifat kuantitatif.

2.2.Pengertian Kondisi Fisik
2.2.1        Tes Kondisi Fisik
Dalam hampir semua kegiatan manusia sehari-hari, baik dalam kegiatan fisik maupun non fisik, kondisi fisik sesorang sangat berpengaruh. Dalam konteks yang lebih khusus yaitu dalam kegiatan olahraga, maka kondisi seseorang sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilannya. Kondisi fisik itu sendiri adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan (Sajoto. 1990: 16).
Atlet yang memiliki kondisi fisik yang bagus akan dapat lebih cepat menguasai teknik-teknik dalam olahraga yang ditekuninya, karena latihan taktik, teknik, serta keterampilan akan mampu dilakukan secara maksimal, artinya meskipun harus mengulang teknik atau taktik berulang kali dia tidak akan cepat lelah. Oleh karena itu maka program latihan kondisi fisik harus ditata, dirancang dan dilakukan dengan baik agar mampu meningkatkan kondisi kebugaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan.

2.3.Kriteria Pemilihan Tes
Pengertian kriteria menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ukuran yang menjadi penilaian atau penetapan sesuatu. Untuk lebih mudahnya, kriteria dalam hal ini diartikan syarat-syarat yang perlu dipenuhi dalam memilih suatu tes atau alat ukur. Para ahli sepakat ada lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam pengetesan atau pengukuran, yang mencakup : a) kesahihan (validitas), b) keterandalan (reliabilitas), c) obyektivitas, d) norma, dan e) tuntunan pelaksanaan baku.
2.3.1        Kesahihan (Validitas)
Suatu syarat yang sangat penting dalam memilih suatu tes atau alat ukur ialah, bahwa tes atau alat ukur tersebut harus sahih (valid). Suatu tes dikatakan sahih, apabila tes tersebut mengukur sesuai dengan tujuannya. Misalnya, bila kita ingin mengukur kecepatan lari seseorang atlet, maka alat ukurnya kecepatan lari 50 meter. Karena untuk lari 50 meter, faktor utama yang mempengaruhi dan berperan ialah faktor kecepatan.
Dapat pula dikatakan, suatu tes adalah sahih, apabila tes atau alat ukur tersebut mengukur sesuai dengan tuntutan yang harus diukur. Tuntutan dimaksudkan hal-hal penting yang perlu dipenuhi. Dengan demikian penerapannya sama seperti unsur-unsur penting yang lalu. Karena suatu tuntutan semestinya merupakan kebutuhan mutlak yang perlu dipenuhi. Misalkan tuntutan setiap orang untuk dapat hidup layak ialah pemenuhan akan kebutuhan utama termasuk sandang, papan atau perumahan, dan pangan atau makanan.
Cara yang dapat ditempuh dalam mencari atau menghitung kesahihan atau kevaliditasan suatu tes, antara lain dengan cara :
1)      Melalui penilaian para ahli di bidangnya. Misalkan kita ingin menyusun suatu rangkaian tes taekwondo. Lebih dahulu ditentukan unsur-unsur penting yang mencakup kemampuan fisik dalam cabang olahraga taekwondo. Kemampuan fisik tersebut diukur, hasilnya dinyatakan dalam bentuk penjumlahan/kuantitas. Selanjutnya sampel atau para atlet diukur kemampuan fisik pada saat mereka bertanding sesungguhnya. Para ahli yang dipilih, yaitu para pelatih taekwondo menilai kemampuan setiap atlet. Hasil dari setiap ahli dijumlahkan dan merupakan kemampuan bertanding bagi setiap atlet. Hasil pengukuran kemampuan fisik dan teknik para pemain dikorelasikan dengan hasil penilaian para ahli. Apabila hasil penghitungan statistik berkorelasi tinggi, dapat dikatakan tes atau alat ukur tersebut adalah sahih.
2)      Hasil pengukuran atau tes yang akan disusun dikorelasikan dengan tes yang sejenis dan yang sudah diakui kesahihannya/kevaliditasnya. Kembali kita ingin menyusun suatu rangkaian tes taekwondo seperti di atas. Hasil pengukuran kemampuan fisik dan teknik-teknik telah dilakukan. Berikutnya sampel yang dites tersebut di tes suatu rangkaian tes taekwondo yang sudah diakui kesahihannya. Dalam hal ini, hasil tes yang akan disusun, dikorelasikan dengan hasil pengukuran tes taekwondo yang sudah ada dan yang sahih.
2.3.2        Keterandalan (Reliabilitas)
Keterandalan atau reliabilitas suatu alat ukur diartikan, sampai berapa jauh alat ukur tersebut memperoleh hasil pengukuran secara ajeg atau konsisten sewaktu pengukuran pertama dengan pengukuran kedua. Suatu alat ukur adalah andal/reliabel, apabila alat tersebut memperoleh hasil pengukuran yang sama/ajeg antara pengukuran pertama dan kedua. Pengertian ajeg atau konsisten ini tidak harus persis sama, yaitu hasil pengukurannya sedikit di atas atau di bawahnya.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam menghitung atau mencari keterandalan (reliabilitas) suatu alat ukur misalkan dengan teknik "tes dan tes ulang" atau sering disebut "test retest". Hasil pengukuran/tes pertama dikorelasikan dengan tes kedua atau ulangannya. Bilamana koefisien korelasinya tinggi, dikatakan bahwa tes tersebut andal atau terandalkan.
2.3.3        Obyektivitas
Obyektivitas suatu alat ukur diartikan, keajegan hasil suatu tes yang diperoleh dari dua atau lebih pengetes atau tester. Pengertian keajegan dalam hal ini setara dengan kata keseragaman. Jadi bila seorang atlet melakukan suatu lompat jauh, dan hasil lompatannya diukur oleh dua atau lebih tester dan hasil pengukurannya ada keseragaman antara tester satu dan lainnya, maka hasil pengukuran itu dikatakan obyektif.
Baik reliabilitas maupun obyektivitas prinsipnya mempunyai pengertian adanya keajegan atau keseragaman hasil pengukuran. Perbedaannya, untuk realibilitas keseragaman hasil diperoleh bila pengukuran dilakukan oleh atlet yang sama, pelatih yang sama, dengan waktu pengukuran yang lain. Sedangkan obyektivitas diperoleh, bila pengukuran hasilnya seragam, dilakukan oleh atlet-atlet yang sama, waktu pengukuran yang sama, tetapi diukur oleh pelatih yang berlainan.
2.3.4        Norma
Norma ialah petunjuk atau pedoman untuk membandingkan hasil suatu pengukuran. Dengan adanya norma, maka seorang atlet yang melakukan tes, hasilnya dapat diketahui berdasarkan norma yang berlaku. Dan atlet tersebut dapat dinyatakan apakah dia termasuk golongan yang sangat baik, baik, atau kurang. Suatu norma dapat digolongkan menjadi lima tingkat: misalkan dengan tingkatan sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang. Untuk menyusun suatu norma harus mengikuti ketentuan yang berlaku dan berdasarkan sampel tertentu. Misalkan norma yang berlaku untuk atlet jenis kelamin wanita, junior, tingkat provinsi.

2.3.5        Tuntunan Pelaksanaan Baku
Dalam setiap tes atau alat ukur harus ada tuntutan yang baku, tentang bagaimana tes itu harus dilakukan. Tuntutan atau petunjuk tersebut berlaku bagi atlet yang dites maupun pelatih yang mengetes. Untuk tes lari cepat 50 meter, tuntutan yang harus ada misalkan : start berdiri, setelah ada aba-aba "siaap-ya" atlet lari secepat-cepatnya, menempuh jarak 50 meter dan melewati garis finish. Kecepatan lari dihitung sejak dari aba- aba "ya" sampai atlet melewati garis finish dan dicatat sampai dengan per seratus detik.
Dari lima kriteria utama tersebut di atas yang paling utama ialah validitas. Selain itu kriteria tambahan atau persyaratan lain yang perlu dipertimbangkan ialah faktor ekonomis. Baik ekonomis ditinjau dari segi biayaya. tenaga, peralatan yang diperlukan, lama waktu pengetes dan kegunaan alat ukur.

2.4.            Bentuk Tes Kondisi Fisik dalam Cabang Olahraga Taekwondo
2.4.1        Tes Antropometri
Pengukuran komposisi tubuh pada calon atlet meliputi pengukuran indeks massa tubuh, dan pengukuran lemak tubuh.
Pengukuran Indeks Massa Tubuh.
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui status gizi calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.      Mengukur tinggi badan (meteran).
2.      Mengukur berat badan (timbangan).
c. Petugas                 :
1.      Pengukur tinggi badan.
2.      Pengukur berat badan.
3.      Pencatat skor.
d. Pelaksanaan         :
Pengukuran Tinggi Badan: Calon atlet berdiri tegak tanpa alas menghadap lurus ke depan, posisi kepala tegak, pandangan mata horizontal. Kepala, bahu, siku, pinggul, dan tumit menempel pada dinding. Kemudian diukur dari bawah sampai kepala.
Pengukuran Berat Badan: Peserta calon atlet berdiri di atas timbangan dengan memakai baju seringan mungkin tanpa alas, untuk putra telanjang dada. Berat badan ditimbang dengan alat timbangan yang standar.
e. Penilaian               :
Skor tinggi badan dicatat dalam satuan cm, dengan ketelitian 0.1 cm. Skor berat badan dicatat dalam satuan kg, dengan ketelitian 0.1 kg. Penilaian Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) dapat ditentukan dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:
 



Keterangan:
BMI       : Body Mass Index (BMI).
BB (kg)  : Berat Badan dengan satuan kg.
TB          : Tinggi badan dengan dengan satuan m kuadrat.

Tabel 2.1 Norma Persentasi Lemak Tubuh Calon Atlet
Kategori
Skor
Putra
Putri
Kurang
1
< 5 %
< 10 %
Sangat Baik
5
5-10 %
10-15 %
Baik
4
11-14 %
16-19 %
Sedang
3
15-17 %
20-24 %
Lebih
2
18-19 %
25-29 %
Gemuk
1
> 20 %
> 30 %

2.4.2        Tes Keseimbangan
a. Tujuan                  : Mengukur tingkat keseimbangan statis.
b. Fasilitas dan alat  :
1.      Lapangan.
2.      Stopwatch.
3.      Pluit.
c. Petugas                 :
1.      Pengukur waktu keseimbangan.
2.      Pencatat skor.

d. Pelaksanaan         :
1.      Berdiri tegak dengan satu kaki yang lain ditempelkan di atas lutut kaki tumpu.
2.      Dihitung lamanya mempertahankan posisi berdiri dalam waktu detik.
e. Penilaian               :
Skor diperoleh dengan catatan waktu yang terlama berdiri satu kaki dengan berjinjit dan mata dibuka, setiap calon atlet diberikan kesempatan 3 kali pengulangan dan diambil waktu terbaik.
Tabel 2.2 Norma Keseimbangan Statis
Kategori
Putra
Putri
Sangat Baik
> 50
> 50
Baik
40-50
40-50
Sedang
25-39
25-39
Kurang
10-24
10-24
Sangat Kurang
<10
<10

2.4.3        Tes Lari 20 meter
a. Tujuan               : Untuk mengetahui kemampuan kecepatan maksimal berlari calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat    :
1.      Lintasan lari 20 meter.
2.      Stopwatch.
3.      Pluit/Bendera.
c. Petugas              :
1.      Pengukur waktu tempuh.
2.      Pencatat skor.
d. Pelaksanaan      :
Calon atlet berdiri di belakang garis start, dengan sikap start melayang, saat aba-aba ‘ya’ calon atlet berlari secepat-cepatnya sampai melewati garis finish.
e. Penilaian            :
Skor diperoleh dengan catatan waktu yang tercepat mulai dari aba-aba ‘ya’ sampai finish, setiap calon diberi kesempatan 3 kali pengulangan dan diambil waktu yang terbaik.
Tabel 2.3 Norma Tes Lari 20 meter Atlet Junior
Tes Lari 20 meter satuan detik untuk Atlet Junior
Putra
16-18 tahun
Putra
13-15 tahun
Kategori
Putri
13-15 tahun
Putri
16-18 tahun
< 3.0”
< 3.1”
Sangat Baik
< 3.5”
< 3.4”
3.01” - 3.14”
3.11” - 3.24”
Baik
3.51” - 3.95”
3.41” - 3.85”
3.15”  3.30”
3.25” - 3.40”
Cukup
3.96” - 4.13”
3.86” - 4.03”
> 3.31”
> 3.41”
Kurang
> 4.14”
> 4.04”

Tabel 2.4 Norma Tes Lari 20 meter Atlet Senior
Tes Lari 20 meter satuan detik untuk Atlet Senior
Putra
Kategori
Putri
< 2.31”
Sangat Baik
< 3.03”
2.32” - 2.76”
Baik
3.04” - 3.35”
2.77” - 3.16”
Cukup
3.36” - 3.64”
> 3.17”
Kurang
> 3.65”

2.4.4        Tes Kelincahan (Shuttle Run)
a. Tujuan                  : Untuk mengukur kelincahan seseorang dalam mengubah arah dan posisi.
b. Alat dan fasillitas :
1.      Stopwatch.
2.      Pluit/Bendera.
3.      Lintasan lari datar panjang minimal 10 meter dengan garis jarak 5 meter dengan setiap lintasan lebar 1,22 meter.
c. Petugas              :
1.      Pencatat skor.
2.      Pengukur waktu tempuh.
d. Pelaksanaan      :
1.      Pada aba-aba ‘bersedia’ setiap calon atlet berdiri di belakang garis atau garis pertama di tengah lintasan.
2.      Pada aba-aba ‘siap’ calon atlet dengan start berdiri dan siap lari.
3.      Dengan aba-aba ‘ya’ calon atlet segera lari menuju garis kedua dan setelah melewati kedua garis kedua segera berbalik menuju garis start.
4.      Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis start.
5.      Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis kedua dan kembali ke garis start di hitung 1 kali.
6.      Pelaksanaan lari dilakukan sampai ke empat kalinya bolak-balik sehingga menempuh jarak 20 meter.
7.      Setelah melewati garis finish stopwatch dihentikan.
e. Penilaian            :
Skor diperoleh dengan catatan waktu tercepat mulai dari aba-aba ‘ya’ sampai finish, setiap calon atlet diberikan kesempatan 2 kali percobaan dan diambil waktu terbaik. Kelincahan lari dihitung sampai dengan 0,1 atau 0,01 detik.
Tabel 2.5 Norma Tes Shuttle Run
Skor
Shuttle Run
Putra
Kriteria
Shuttle Run Putri
5
<15,5
Sempurna
<16,7
4
16 – 15,6
Baik sekali
17,4-16,8
3
16,6-16,1
Baik
18,2-17,5
2
17,1-17,6
Cukup
18,9– 18,3
1
17,7-17,2
Kurang
19,6 -19,0

2.4.5        Tes Kelentukan (Duduk dan Jangkau)
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui kemampuan kelentukan batang tubuh dan sendi panggul calon atlet taekwodo.
b. Fasilitas dan Alat : Bangku berkala cm.
c. Petugas                 :
1.      Pengukur Jarak.
2.      Pencatat Skor.
d. Pelaksanaan:
Calon atlet duduk di lantai dengan posisi kedua lutut lurus. Di depan alat sebuah bangku yang berskala cm. Kedua tangan dengan jari tangan lurus ke depan sejajar lantai. Kedua tangan dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini dilakukan dua kali secara berturut-turut.
e. Penilaian               :
Skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada table norma berikut.
Tabel 2.6 Norma Sit and Reach untuk Usia 15-17 Tahun
Kategori
Usia untuk Putra
Usia untuk Putri
15
16
17
15
16
17
Sangat Baik
> 18.0
> 19.0
> 19.5
> 20
> 21
> 22
Baik
16.0 - 17.5
17.0 - 18.5
17.0 - 19.0
17.0 - 19.5
18.0 - 20.5
19.0 - 21.5
Cukup
13.5 - 15.5
14.0 - 16.5
14.5 - 16.5
14.0 - 16.5
16.0 - 17.5
17.0 - 18.5
Kurang
11.5 - 13.0
12.0 - 13.5
12.5 - 14.0
12.5 - 13.5
14.5 - 15.5
15.0 - 16.5
Sangat Kurang
< 11.0
< 11.5
< 12.0
< 12.0
< 13.0
< 14.5

Tabel 2.7 Norma Sit and Reach
Kategori
Usia untuk Putra
Usia untuk Putri
18 - 20
21 - 29
30 - 39
18 - 20
21 - 29
30 - 39
Baik
> 26
> 19
> 18
> 40
> 22
> 21
Cukup
10 - 25
13 - 18
12 - 17
24 - 39
21 - 26
15 - 20
Kurang
< 9
< 12
< 16
< 23
< 20
< 14

2.4.6        Tes Kelentukan (Angkat Badan Atas/Trunk Extension)
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui kemampuan kelentukan extensior tubuh calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.      Penggaris berskala cm.
2.      Matras.

c. Petugas                 :
1.      Pengukur Jarak.
2.      Pencatat Skor.
d. Pelaksanaan         :
Calon atlet telungkup kedua tangan di belakang paha dan ujung kaki lurus. Atlet mengangkat kepala dan badannya. Kemudian ditahan sebentar untuk diukur. Atlet diukur jarak dari lantai ke dagu dengan penggaris. Tes ini juga dilakukan dua kali secara berturut-turut.
e. Penilaian               :
Skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel norma berikut.
Tabel 2.8 Norma Trunk Extension untuk Usia 15-17 Tahun
Kategori
Usia untuk Putra
Usia untuk Putri
15
16
17
15
16
17
Sangat Baik
> 18.0
> 19.0
> 19.5
> 20
> 21
> 22
Baik
16.0 - 17.5
17.0 - 18.5
17.0 - 19.0
17.0 - 19.5
18.0 - 20.5
19.0 - 21.5
Cukup
13.5 - 15.5
14.0 - 16.5
14.5 - 16.5
14.0 - 16.5
16.0 - 17.5
17.0 - 18.5
Kurang
11.5 - 13.0
12.0 - 13.5
12.5 - 14.0
12.5 - 13.5
14.5 - 15.5
15.0 - 16.5
Sangat Kurang
< 11.0
< 11.5
< 12.0
< 12.0
< 13.0
< 14.5

Tabel 2.9 Norma Trunk Extension
Kategori
Usia untuk Putra
Usia untuk Putri
> 18
> 27
> 36
> 18
> 27
> 36
Sangat Baik
> 46.50
> 44.75
> 42.5
> 44.7
> 43.8
> 41.55
Baik
44.8 - 46.4
43.5 - 44.7
39.5 - 42.4
43.9 - 44.6
42.0 - 43.7
40.5 - 41.4
Cukup
41.5 - 44.7
40.7 - 43.4
37.5 - 39.4
42.5 - 43.8
40.8 - 41.9
39.5 - 40.4
Kurang
< 41.4
< 40.6
< 37.4
< 42.4
< 40.7
< 39.4

2.4.7        Tes Power Tungkai (Loncat Tegak/Vertical Jump)
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot tungkai calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.      Dinding.
2.      Meteran.
c. Petugas                 :
1.      Pengukur Jarak.
2.      Pencatat Skor.
d. Pelaksanaan         :
Calon atlet berdiri dengan kedua kaki selebar bahu menghadap ke samping dinding yang terdapat karton manila yang berwarna hitam kemudian calon atlet mengukur ketinggian awal (A) dengan menandai serbuk kapur ke karton tersebut, kemudian calon atlet melompat setinggi-tingginya dan menandai lompatan dengan menempelkan serbuk kapur ke dalam kertas (B)
e. Penilaian               :
Skor diperoleh dengan catatan jarak antara titik A dan titik B dengan satuan cm, setiap calon diberi kesempatan 3 kali pengulangan.

Tabel 2.10 Norma Tes Vertical Jump
Putra
Kategori
Putri
> 68.5 cm
Baik
> 58 cm
62.5 - 68.4 cm
Sedang
50 - 57 cm
< 62.4 cm
Kurang
< 49 cm

2.4.8        Tes Kekuatan Otot Perut (Sit Up)
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot perut calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat :
1.      Matras.
2.      Stopwatch.
3.      Alat Tulis
c. Petugas                 :
1.      Pengamat waktu.
2.      Penghitung gerakan sekaligus pencatat skor.
d. Pelaksanaan         :
Calon atlet pada sikap telentang dan kedua lutut ditekuk dengan membentuk sudut 90˚. Calon atlet harus menempelkan kedua tangannya di belakang telinganya dan melakukan sit up dengan cara menyentuh siku ke lutut. Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
e. Penilaian               :
Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yang dilakukan oleh calon atlet dan apabila siku tidak menyentuh lutut maka tidak dihitung pengulangannya, setiap calon atlet diberikan kesempatan 2 kali percobaan.
Tabel 2.11 Norma Tes Sit Up (Putra)
Kategori
Umur (Tahun)
15 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
Sangat Baik
≥ 48
≥ 43
≥ 36
≥ 31
≥ 26
≥ 23
Baik
42 – 47
37 – 42
31 – 35
26 – 30
22 – 25
17 – 22
Cukup
38 – 41
33 – 36
27 – 30
22 – 25
88 – 21
12 – 16
Kurang
33 – 37
29 – 32
22 – 26
17 – 21
13 – 17
7 – 11
Sangat Kurang
≤ 32
≤ 28
≤ 21
≤ 16
≤ 12
≤ 6

Tabel 2.12 Norma Tes Sit Up (Putri)
Kategori
Umur (Tahun)
15 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
Sangat Baik
≥ 42
≥ 36
≥ 29
≥ 25
≥ 19
≥ 16
Baik
36 – 41
31 – 35
24 – 28
20 – 24
12 – 18
12 – 15
Cukup
31 – 35
25 – 30
20 – 23
15 – 19
5 – 11
4 – 11
Kurang
27 – 30
21 – 24
15 – 19
7 – 14
3 – 4
2 – 3
Sangat Kurang
≤ 26
≤ 20
≤ 14
≤ 6
≤ 2
≤ 1

2.4.9        Tes Kekuatan Otot Lengan (Push Up)
a. Tujuan                  : Untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot lengan calon atlet taekwondo.
b. Fasilitas dan Alat : Matras
c. Petugas                 :
1.      Pengawas.
2.      Pencatat Skor.
d. Pelaksanaan         :
Calon atlet pada sikap telungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada. Kemudian pada aba-aba ‘ya’ calon atlet melakukan push up dengan meluruskan lengan hingga lengan lurus dan seluruh tubuh tetap lurus. Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
e. Penilaian               :
Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yang dilakukan oleh calon atlet dan apabila siku tidak lurus lagi maka tidak dihitung pengulangannya, setiap calon atlet diberikan kesempatan 2 kali percobaan.
Tabel 2.13 Norma Tes Push up (Putra)
Kategori
Umur (Tahun)
15 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
Sangat Baik
≥ 39
≥ 36
≥ 30
≥ 22
≥ 21
≥ 18
Baik
29 – 38
29 – 35
21 – 29
17 – 21
13 – 20
11 – 17
Cukup
23 – 28
22 – 28
15 – 20
13 – 16
10 – 12
8 – 10
Kurang
19 – 22
17 – 21
10 – 14
10 – 12
7 – 9
5 – 7
Sangat Kurang
≤ 17
≤ 16
≤ 9
≤ 9
≤ 6
≤ 4

Tabel 2.14 Norma Tes Push up (Putri)
Kategori
Umur (Tahun)
15 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
Sangat Baik
≥ 33
≥ 30
≥ 27
≥ 24
≥ 21
≥ 17
Baik
25 – 32
21 – 29
20 – 26
15 – 23
11 – 20
12 – 16
Cukup
18 – 24
15 – 20
13 – 19
11 – 14
7 – 10
5 – 11
Kurang
12 – 17
10 – 14
8 – 12
5 – 10
2 – 6
1 – 4
Sangat Kurang
≤ 11
≤ 9
≤ 7
≤ 4
≤ 1
≤ 1

2.4.10    Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test)
a. Tujuan                  : Untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler VO2 maksimal.
b. Fasilitas dan Alat :
1.      Irama untuk lari bolak balik.
2.      Mesin pemutar kaset (tape recorder).
3.      Lintasan lari jarak 20 meter pada permukaan datar rata dan tidak licin.
4.      Stopwatch.
5.      Kerucut pembatas.
6.      Fomulir tes dan alat tulis.

c. Pelaksanaan          :
1.      Lari ke arah ujuang/akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada saat terdengar bunyi “ tuut”.
2.      Apabila telah sampai sebelum bunyi “tuut” harus bertumpu pada titik putar menanti bunyi kemudian lari ke arah yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya bunyi.
3.      Kecepatan lari harus semakin bertambah cepat, karena waktu akan semakin pendek.
4.      Harus mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan.
5.      Gerakan balikan yaitu berputar bukan membuat belokan karena akan memakan waktu lebih banyak.
6.      Panitia harus memberhentikan peserta apabila peserta tertinggal tanda bunyi “tuut” dua kali, lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
d. Penilaian              :
Catat level dan shuttle run terakhir yang dapat dilakukan atau diselesaikan oleh peserta lalu dikonversikan ke dalam tabel untuk dapat di ketahui prediksi kemampuan aerobiknya.
Tabel 2.15 Norma Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test)
Pria (nilai dalam ml/kg/mnt)
Umur
Jelek
Di Bawah Rata-Rata
Rata-Rata
Di Atas Rata-Rata
Excellent
Superior
13-19
<35.0
35.0 - 39.9
40.5 - 45.1
45.2 - 50.9
51.0 - 55.9
>55.9
20-29
<33.0
33.0 - 39.2
39.9 - 43.3
43.9 - 48.7
49.3 - 52.5
>52.6
30-39
<31.5
31.5 - 38.4
38.5 - 41.8
42.4 - 47.4
48.0 - 51.4
>51.6
Wanita (nilai dalam ml/kg/mnt)
Umur
Jelek
Di Bawah Rata-Rata
Rata-Rata
Di Atas Rata-Rata
Excellent
Superior
13-19
<33.0
33.0 - 37.1
37.8 - 42.4
43.3 - 46.8
47.4 - 52.5
>52.6
20-29
<31.5
31.5 - 35.7
36.5 - 41.9
42.4 - 44.9
45.2 - 49.4
>50.2
30-39
<30.2
30.2 - 35.5
35.6 - 38.9
39.2 - 44.5
44.8 - 48.0
>48.0
2.5.            Manfaat Tes Pengukuran
Banyak alasan, mengapa seorang pclatih perlu melakukan pengetesan dan pengukuran. Pengukuran yang hanya sekedar untuk memperoleh data dan atau informasi hanya akan membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Telah diutarakan pada waktu yang lalu, bahwa tujuannya harus jelas dan tegas. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh bagi atlet maupun pelatih ialah untuk :
2.5.1        Menentukan Tingkat Kemampuan
Pengetesan dan pengukuran bermanfaat untuk mengetahui secara pasti kemampuan seseorang dalam sekelompok anak atau dilihat tingkat individu atlet itu sendiri.
2.5.2        Mengelompokkan Sesuai Kemampuan
Pengelompokan sesuai dengan kemampuan adalah penting sekali bagi pelatih maupun atlet. Pengelompokkan kemampuan bisa terbagi atas kemampuan baik sekali, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali. Atas dasar pengelompokan kemampuan, pelatih dapat memberikan jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhannya. Lebih-Iebih bila diingat dalam kepelatihan penanganan terhadap individu atau perorangan atlet lebih ditekankan.
2.5.3        Mendiagnose Kelemahan
Selama kepelatihan selain memperhatikan kemampuan dan keterampilan pada diri si atlet, juga perlu mengetahui kelemahan-kelemahannya. Dengan mengetahui kelemahan seorang atlet, pelatih akan dapat memilih dan menentukan jenis-jenis latihan yang harus lebih ditekankan baginya. Mengetahui kelemahan secara individual setiap atlet bukanlah merupakan hal yang mudah bagi pelatih. Tetapi hal ini akan dapat diatasi atas dasar kesungguhan dan pengalaman.
2.5.4        Membebaskan dari Program Latihan Tertentu
Dari hasil pengetesan, selain dapat mengetahui tingkat kelemahan seorang atlet dapat juga mengetahui kelebihan-kelebihannya. Dengan tingkat kemampuan sangat tinggi atau tinggi, dapatlah atlet tersebut dibebaskan dari latihan yang baginya sudah mencapai tingkatan yang tinggi.
2.5.5        Motivasi Atlet
Pengetesan dan pengukuran dapat juga merupakan rangsangan atau motivasi bagi atlet. Bila ada rencana untuk dites, setiap atlet terdorong untuk berlatih yang lebih baik dan sungguh-sungguh agar hasil pengetesan lebih baik dibanding dengan teman-teman lainnya. Rangsangan atau motivasi merupakan pendorong yang sangat penting bagi tiap atlet.
2.5.6        Meramalkan Kemampuan Atlet Mendatang
Dengan mengetahui hasil pengetesan dalam situasi dan kondisi pada waktu itu, seorang pelatih akan dapat memperkirakan tentang kemampuan atlet diwaktu-waktu mendatang. Kemampuan atlet dapat diramalkan, bila pengukuran dilakukan beberapa kali, dalam berbagai situasi dan kondisi serta dikaitkan dengan hasil pengukuran atlet-atlet lainnya.
2.5.7        Menyusun Norma
Untuk dapat menentukan bagaimana tingkat kemampuan seorang atlet berdasar hasil tcs yang dicapai diperlukan adanya norma yang bcrlaku dalam jenis tes tersebut. Suatu norma tersusun berdasarkan jenis kelamin pria atau wanita dan tingkat kemampuan tertentu. Misalkan norma bagi atlet wanita untuk cabang olahraga atletik, nomor 100 meter, tingkat propinsi.
2.5.8        Mengevaluasi Program dan Pelaksanaan Latihan
Mengevaluasi program dan bagaimana pelaksanaan latihan berikutnya merupakan tugas yang harus dilakukan setiap pelatih. Hal itu harus mendasarkan hasil pengetesan dan pengukuran. Dalam mengevaluasi hendaknya mencakup berbagai aspek yang termasuk dalam program serta pelaksanaannya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang betul.
2.5.9        Merevisi Program dan Pelaksanaan Latihan
Dari hasil pengukuran dapatlah diketahui hal-hal mana yang sesuai dengan rumusan tujuan yang ditetapkan dan yang mana yang belum sesuai dengan tujuannya. Di sini akan terlihat kebaikan dan kelemahan-kelemahannya. Berpangkal penemuan kelemahan, program latihan perlu diperbaharui dengan pelaksanaan yang lebih baik.
2.5.10    Mengumpulkan Data Untuk Penelitian
Pengetesan sangat berguna sebagai tahapan dalam penelitian, khususnya tahapan dalam pengumpulan data. Tahapan pengumpulan data termasuk unsur yang sangat penting, karena penelitian yang benar, data yang terkumpul harus pula benar.

BAB III
PENUTUP

3.1.      Simpulan
Tes merupakan suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data tentang seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan atribut atau sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi ranah kognitif, afektif, dan motorik.
Pengukuran adalah bagian dari evaluasi yang menggunakan alat atau teknik tertentu untuk mengumpulkan informasi, dengan satu ukuran tertentu yang bersifat kuantitatif.
Tes keterampilan cabang olahraga, merupakan suatu tes yang akan mengukur keterampilan para calon atlet dalam suatu cabang olahraga. Tes ini akan mengungkapkan mengenai keterampilan gerak dan penguasaan teknik dasar dalam cabang olahraga tertentu.
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan (Sajoto. 1990: 16).
Pengertian kriteria menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ukuran yang menjadi penilaian atau penetapan sesuatu. Untuk lebih mudahnya, kriteria dalam hal ini diartikan syarat-syarat yang perlu dipenuhi dalam memilih suatu tes atau alat ukur. Para ahli sepakat ada lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam pengetesan atau pengukuran, yang mencakup : a) kesahihan (validitas), b) keterandalan (reliabilitas), c) obyektivitas, d) norma, dan e) tuntunan pelaksanaan baku.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh bagi atlet maupun pelatih ialah untuk: 1) Menentukan tingkat kemampuan, 2) Mengelompokkan sesuai kemampuan, 3) Mendiagnose kelemahan, 4) Membebaskan dari program latihan tcrtentu, 5) Memotivasi atlet, 6) Meramalkan kemampuan atlet mendatang, 7) Menyusun norma, 8) Mengevaluasi program dan pelaksanaan latihan, 9) Merevisi program dan pelaksanaan latihan, dan 10) Mengumpulkan data untuk penelitian.
3.2.      Saran
Untuk para pembaca baik atlit maupun pelatih, setelah membaca makalah ini hendaknya paham mengenai bentuk-bentuk tes pengukuran dalam cabang olahraga taekwondo, sehingga dapat diterapkan dalam bidang olahraga khususnya cabang olaraga taekwondo, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas jasmani maupun prestasi dalam cabang olahraga taekwondo kususnya bagi warga Negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Hoky, Pencinta. 2012. Tes dan Pengukuran Olahraga. Tersedia pada sumber http://pecintahockey.blogspot.com/2012/06/tes-dan-pengukuran-olahraga.html. (Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 17.32 WIB).
Lubis, Johansyah dan Hendro Wardoyo. 2014. Pencak Silat. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suntoda, Andi S. 2009. Tes, Pengukuran, dan Evaluasi dalam cCabang Olahraga. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/195806201986011-ANDI_SUNTODA_SITUMORANG/Pntrn_Softball.pdf. (Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 17.05 WIB).








2 komentar: